Hamparan pasir putih tidak pernah seindah itu
Deburan ombak tidak pernah sesyahdu itu
Senja merah tidak pernah semerekah itu
Namun, air mata ini menitik bukan karena itu
Perpisahan selalu menyesakkan dada.
Bungaku gugur layu, Bunda
Jatuh terlunglai jumat lalu
Bunga putih yang semerbak itu
Kutemukan di antara kerumunan ilalang
Saat ikut berpendar bersama kunang-kunang
Menghiasi luasnya padang
Begitu cantik, kuberi ia nama
Harapan
Ia menyawai barisan kata dengan cerita
Bait cerita dengan makna
Tangan-tangan yang menyentuh hati manusia
Di tengah muram ujian dunia
Tanpa lelah ia memangku pelita
Yang dikumpulkannya dari lembar-lembar buku
Teman tercintanya dalam mengarungi perjalan panjang
Yang kini telah usai
Saat semesta mengangkatnya ke langit sana
Katanya, kadang anak Adam turun ke Bumi
Bersama bintang jatuh
Berpendar dengan terangnya
Namun, sekejap saja
Kau menoleh, ia hilang
Seperti Bunga Putihku hilang
Harapan itu hilang
Lalu, apakah cukup hanya untuk dikenang?
Dessy Farhany
Tentang seorang rekan yang telah terlalu cepat pergi meninggalkan dunia. Tentang kesan yang akan selalu lekat walau tidak pernah begitu dekat. Sungguh manusia luar biasa.’Kagum’ hanya dapat menggambarkan sepeser kesan saya terhadapnya. Semoga ia tenang disana dan kami bisa terus melanjutkan perjuangannya.